Berjilbab Itu, Modern!
Satu kali, sebuah situs tentang cewek memberikan tips bagaimana caranya tampil PD dengan tank top meskipun lengan tangan besar. Saya pun merespon bahwa berpakaian menutup aurat (kerudung plus jilbab) adalah solusi cerdas bagi cewek tanpa harus meributkan ukuran lengan. Kelanjutannya adalah masing-masing bertahan pada pendapatnya. Situs tersebut menyatakan bahwa kita harus menghargai pilihan orang dalam memilih pakaian. Saya pun tidak keberatan karena pendapat tentang kerudung dan jilbab itu juga pendapat pribadi sebagai seorang perempuan.
Kamu masih ingat kan kasus temen-temen kita yang mengenakan kerudung sekitar tahun 90-an? Kalau nggak ingat, boleh kok tanya ke ortu, kakak atau tante kamu. Saat itu muslimah yang mengenakan kerudung diusir dari kelas beberapa sekolah negeri karena mempertahankan diri untuk menutup auratnya (wuih, baru pake kerudung aja dipermasalahkan, gimana kalo pake lengkap dengan jilbabnya ya?). Okelah, itu tahun jadul (jaman dulu). Kejadian paling baru pada bulan kemarin, yakni seorang wartawati sebuah stasiun televisi dilarang mengenakan kerudung ketika mewawancarai ibu presiden di istana. Ya, kita tahu sendirilah, ibu presiden kita kan nggak pake kerudung, apalagi berjilbab. Tetap kalo sampe pihak proteokoler istana ngelarang wartawati itu mengenakan kerudung saat mewawancarai ibu presiden namanya kebangetan. Hmm. ini mirip ketika presenter Sandrina Malakiano memutuskan mengenakan busana muslimah, dia malah dilarang tampil di layar televisi lagi dengan berbagai dalih. Herman, eh, heran deh!
So, dari beberapa contoh di atas bisa terlihat sebetulnya siapa yang tidak menghargai siapa. Apabila seseorang mengakui dirinya sebagai muslimah, maka sudah ada aturan khusus tentang tata cara berpakaiannya. Jadi tidak bisa semau gue atas nama kebebasan memilih atau bahkan memakai dalih HAM.
Cara berbusana cewek modern
Pembaca setia gaulislam, banyak orang salah mengira kalau modern itu adalah berpakaian yang mengumbar aurat. Tank top, rok mini, you can see (everything?), bahkan pusar pun diobral adalah gaya berbusana cewek modern. Orang yang berpendapat begini pasti sedang mabok. Coba deh kamu perhatikan film kartun Flinstone yang settingnya adalah zaman batu. Atau mungkin film Robin Hood dan Xena yang settingnya adalah zaman kuno abad pertengahan. Baju yang dipakai di sana sangat minim, hampir semua aurat terutama pemeran cewek diobral semua.
Terus, gimana dong dengan beberapa suku di Indonesia yang pakaian tradisionalnya adalah koteka semisal suku Asmat? Coba deh kamu lihat, bagaimana kehidupan dan tingkat berpikir suku tersebut. Seharusnya menjadi tugas bersama untuk membina suku-suku pedalaman yang masih awam terhadap Islam dan hukum menutup aurat. Bukan malah dijadikan tontonan sebagai aset pariwisata dengan alasan melestarikan budaya bangsa. Kasihan mereka. Bayangkan bila kamu yang di posisi mereka berpakaian, minim kemudian menjadi bahan tontonan. Pasti rasanya tak nyaman.
Tak ada orang yang bilang kalo mereka hidup di zaman modern. Yang ada adalah mereka hidup di zaman batu, kuno, jadul dan yang utama jahiliyah alias bodoh. Yang namanya modern adalah ketika manusia itu jelas bedanya dengan binatang yaitu ketika akalnya dimanfaatkan secara sempurna. Akal inilah yang menuntun manusia untuk mempunyai malu dan iman. Jika malu dan iman ada maka otomatis manusia akan memilih busana yang menutup aurat sebagai gaya berbusananya.
Hal ini pas banget dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dalam QS an-Nur: 31 dan al-Ahzab: 59 bahwa kerudung dan jilbab adalah pakaian muslimah bila mereka keluar rumah. Rasional dan masuk akal, itulah ciri-ciri Islam. Termasuk juga dalam mengatur cara berbusana perempuan, Islam jauh lebih modern daripada agama ataupun ideologi dan budaya mana pun di dunia ini. Ini karena memang Islam diturunkan oleh yang Mahamenciptakan manusia sendiri, jadi Ia pula yang berhak mengaturnya.
Di atas semua itu, modern atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari pola pikirnya. Pola pikir inilah yang akan menentukan pola sikap dia termasuk dalam hal memilih pakaian. Jadi meskipun gelar selangit, rumah di kawasan elit, mobil keluaran terbaru tapi memakai rok mini dan tank top, sudah langsung bisa dilihat kualitas pola pikirnya. Semua materi duniawi yang disebutkan tersebut cuma aksesoris saja, tidak menyentuh intinya.
Jilbab, pakaian modern
Boys and girls komunitas gaulislam, jilbab itu pakaian perempuan modern dan beradab. Dari busana ini pula, terlihat identitas seseorang apakah ia muslim atau bukan. Jilbab adalah pakaian takwa yang merupakan bukti tunduknya seorang hamba kepada penciptanya. Siapa saja yang memperolok pakaian takwa ini, itu artinya ia juga memperolok Sang Pencipta yang menurunkan aturan tersebut.
Tak jarang muslimah berjilbab mendapat cobaan berupa suara-suara miring semisal disebut ‘sok alim-lah’, ‘sok suci’, dan berbagai sebutan lainnya. Biar saja, Non. Daripada harus menjadi orang yang sok kafir dan menjadi pembangkang perintah Allah, itu jauh lebih buruk dan hina untuk dilakukan. Cuekkin saja komentar-komentar tak penting seperti itu.
Sedangkan bagi kamu yang masih belum berkerudung (apalagi belum berjilbab) karena satu dan lain hal, mulai saat ini niatkan dirimu untuk berubah. Kamu tak akan pernah tahu kapan tibanya sang ajal. Nggak usah menunggu berjilbab ketika sudah menikah. Atau bahkan ada juga yang bernazar untuk berjilbab ketika keterima di perguruan tinggi negeri (PTN). Lalu apabila tidak keterima di PTN, kewajibab berjilbab tersebut bisa gugur? Tentu saja tidak.
Yang namanya wajib ya wajib saja hukumnya, tidak usah menunggu persyaratan tertentu semisal kalau keterima di PTN. Bila pun misalnya cewek itu ketrima di PTN, maka itu artinya niatnya tidak karena Allah, tapi karena sekadar memenuhi nazar saja. Bukannya tidak mungkin, dia berjilbabnya juga setengah hati karena salahnya niat sedari awal. Di tengah jalan, ia akhirnya membuka jilbabnya dan kembali umbar aurat. Nggak banget deh!
Sobat muslim, berjilbab itu indah. Tapi bukan karena lantas terlihat indah ini kita mau berjilbab. Betapa banyak perempuan berkerudung karena setelah mematut diri di depan cermin, mereka merasa lebih cantik. Jadi ketika berkerudung (apalagi kalo sampe berjilbab) membuat dirinya tidak terlihat cantik, maka orang semacam ini tidak akan mau berjilbab. Banyak sekali ungkapan yang menyatakan enggan berjilbab karena pakaian tersebut hanya akan membuat dirinya terlihat gemuk dan tidak menarik. Meskipun tahu bahwa jilbab adalah perintah Allah, mereka lebih mementingkan apa kata manusia daripada kata-kata atau firman Allah. Semoga kamu bukan tipe perempuan seperti ini.
Berjilbab, mutiara dalam etalase
Pembaca setia gaulislam, perempuan berjilbab ibarat mutiara indah dalam etalase. Orang yang lalu-lalang bisa melihat tanpa bisa menyentuh, apalagi menodai. Mutiara ini hanya bisa dibeli dengan harga mahal dan seizin penjualnya. Tak jarang mutiara dalam etalase ini dilengkapi dengan kunci pengaman agar terjaga kemurniannya.
Bandingkan dengan perempuan yang tidak berjilbab. Mereka ini ibarat mutiara yang diobral di kaki lima. Semua orang tidak hanya bisa melihat, tapi juga menyentuhnya. Tak jarang tangan-tangan yang menyentuh mutiara tersebut ternyata bernoda sehingga membuat si mutiara tak lagi putih cemerlang. Cacat-cela pun hinggap di permukaannya yang indah. Bila si penjual lengah, bisa jadi ada maling yang menyusup dan mencuri mutiara itu dari tempatnya berada.
Ya, mutiara dalam etalase adalah muslimah berjilbab yang hanya bisa disentuh oleh laki-laki beriman yang berani mengucapkan akad nikah di depan wali dan saksi. Nama Allah sebagai jaminan bahwa laki-laki ini akan menjaga si muslimah hingga kelak dipertanggungjawabkan di hadapan pengadilanNya. Mutiara ini terjaga kehormatan dan harga dirinya, setara dengan upayanya untuk tunduk pada aturanNya pula.
Mutiara kaki lima, kita semua sudah tahu bagaimana nasibnya. Di antara kedua pilihan ini, muslimah cerdas pastilah tahu harus memilih yang mana. Karena sudah sunatullah bahwa Allah akan memasangkan wanita baik-baik dengan laki-laki yang baik pula, begitu sebaliknya (QS an-Nur: 36). Ini adalah janji Allah. Tapi seorang muslimah salihah bukan tujuan tersebut yang menjadi incarannya. Ridho Allah adalah segalanya di atas semua tujuan.
Jadi, mulai sekarang luruskan niatmu bila sebelumnya ada niat lain mengotori keputusanmu untuk berjilbab. Oya, kalo baru sebatas bisa berkerudung, tingkatkan untuk bisa mengenakan kerudung plus jilbabnya (semacam baju kurung yang longgar, lebar dan tebal). Yakin deh, niat-niat duniawi itu umurnya tidak bertahan lama. Betapa banyak muslimah yang berkerudung (termasuk yang mengenakan jilbabnya) karena sekadar ingin agar segera bisa bersuami, setelah nikah menanggalkan kerudungnya, termasuk jilbabnya. Karena tujuannya sudah tercapai, buat apalagi memakai kerudung dan jilbab? Naudzubillah.
Namun bila yang menjadi tujuan adalah ridho Allah semata, apa pun halangan dan rintangan yang menghadang karena keputusannya dalam berjilbab, hal itu tak akan menggoyahkannya. Sebaliknya, ia akan semakin tegar dalam mempertahankan identitasnya sebagai muslimah berjilbab.
Jadi sobat muda muslimah, jangan cuma berkerudung aja, tapi tingkatkan levelnya untuk juga berjilbab. Insya Allah, bakalan keren deh karena menunjukkan karakter positif seorang perempuan yang punya prinsip. Kamu tak akan pernah diombang-ambingkan oleh tren mode berbusana jahiliyah berkedok modern. Karena tren berjilbab adalah mode busanaeverlasting yang tak akan lekang oleh zaman. Oleh karena itu, tak ada pilihan lain bagi seorang perempuan yang sudah meng-azzamkan diri atau bertekad kuat menjadi seorang muslimah kecuali berbusana sesuai dengan yang ditentukan oleh Islam. So, ayo berjilbab mulai sekarang! Sip deh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar