Surga di Telapak Kaki Ibu
Ungkapan tersebut pertama kali saya dapatkan dahulu,waktu masih duduk di SD. Sempat ngga ‘ngeh’. Sampai-sampai saya amati telapak kaki ibu, berharap ada semacam layar TV yang mempertontonkan surga disana.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya memperoleh pengertian tentang ‘surga di telapak kaki ibu’ (SDTKI). Bahwa sebagai anak kita tidak boleh menyakiti hati ibu. Berbuat durhaka, atau apapun yang menyebabkan ibu marah apalagi menangis. Sebab jika kita sebagai anak sudah berani menyakiti hati ibu, maka kita tidak akan masuk surga. Alias neraka balasannya.
Pengertian ini saya dapatkan di sekolah, pada pelajaran agama. Juga dari buku-buku dan komik-komik. Cerita tentang Malin Kundang yang jadi batu, Si Boncel yang berpenyakit kulit, dan seorang pejuang Islam di jaman Rasulullah SAW yang tersiksa luar biasa dalam menghadapi sakaratul maut karena durhaka kepada ibunya.
Namun kini pengertian saya terhadap SDTKI berubah. Mungkin karena melihat fenomena sekarang yang justru lebih banyak ibu yang durhaka kepada anaknya. Seperti ibu yang membuang bayinya, menganiaya anaknya, berkata super kasar hingga hati anaknya tersakiti, menelantarkan dan masih banyak lagi. Hal ini membuat saya bertanya-tanya dalam hati, apakah ibu yang begini bisa memberi ‘rekomendasi’ anaknya masuk surga? Kalaupun kelak sang anak menjadi anak yang tidak sopan-santun bahkan menyakiti ibunya, saya anggap wajar. Ada sebab, ada akibat.
Saya mencoba melihat dari sisi lain. Sudut pandang seorang ibu yang dititipi amanah olehNya.
Telapak kaki digunakan untuk melangkah. SDTKI katanya.Kemanapun telapak kaki itu dijejakkan, surga berada disana. Jadi, kemanapun si ibu pergi, disanalah surga harus tercipta.
Telapak kaki digunakan untuk melangkah. SDTKI katanya.Kemanapun telapak kaki itu dijejakkan, surga berada disana. Jadi, kemanapun si ibu pergi, disanalah surga harus tercipta.
Sederhananya, surga adalah tempat dimana segala kesenangan dan kebahagiaan berada. Jadi dimanapun telapak kaki ibu menjejak, disanalah seharusnya kesenangan dan kebahagiaan bagi anak-anaknya tercipta.
Contoh kecilnya, memberi makanan dengan gizi yang baik, rasa yang enak dengan tampilan menarik. Membuat suasana rumah nyaman. Bermain dan belajar bersama secara menyenangkan.
Itu surga dunia.
Ibu juga harus menciptakan ‘jalan’ bagi anak-anaknya untuk mencapai surga dalam arti sebenarnya. Yaitu kebahagiaan abadi di akhirat sana. Ibu harus memberikan pendidikan agama untuk anak-anaknya. Pemberi contoh pertama bagaimana menjadi hamba Allah yang seharusnya. Mau ngga mau ibu harus jadi uswatun hasanah bagi anak-anaknya.
Ibu juga harus menciptakan ‘jalan’ bagi anak-anaknya untuk mencapai surga dalam arti sebenarnya. Yaitu kebahagiaan abadi di akhirat sana. Ibu harus memberikan pendidikan agama untuk anak-anaknya. Pemberi contoh pertama bagaimana menjadi hamba Allah yang seharusnya. Mau ngga mau ibu harus jadi uswatun hasanah bagi anak-anaknya.
Dari sejak anaknya membuka mata hingga menutup mata, ibu mempunyai tanggung jawab untuk membahagiakannya. Bukan untuk memanjakannya sepanjang waktu, atau bahkan menuruti segala keinginan anak. Tapi menuntunnya untuk bisa berbahagia di dunia dan akhirat. Berbahagia dalam segala kondisi apapun di dunia. Dengan cara mengajar anak-anaknya selalu bersyukur dengan segala apa yang diperoleh.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar