Haruskah belajar itu melulu tentang kebaikan seseorang?
Nggak juga. Terkadang kita perlu belajar dari keburukan orang lain. Jangan salah, banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari sana. Entah soal perilakunya atau pemikirannya. Di tengah-tengah kesalahan yang mereka kerjakan bertaburan aneka hikmah yang siap kita petik.
Memang, umumnya kita merasa lebih asyik belajar dari keberhasilan dan kebaikan orang lain. Kegigihan dan cerita sukses orang-orang ternama, cinta dan kasih sayang pasangan yang berbahagia. Persis seperti kita sangat suka dengan cerita-cerita yang happy ending. Lebih menyenangkan. Saking menyenangkannya terkadang kita jadi tidak siap untuk menghadapi kegagalan, atau berbuat kesalahan. Padahal, mungkin saja dibalik keberhasilan seseorang ia juga pernah melakukan kesalahan.
Apa sih manfaat mempelajari keburukan dan kesalahan orang lain?
Mempelajari keburukan orang lain bukan untuk menirunya. Itu pasti. Tapi sebagai pencegahan diri, supaya kita tidak terjebak pada kesalahan yang pernah dilakukan orang lain. Kalau kita pernah membaca tragedi kebakaran akibat lalai mematikan kompor, kita bakal bersikap waspada saat meninggalkan rumah. Begitu pula kalau kita tahu ada teman kita yang dikeluarkan dari ruang ujian karena mencontek, kita pastinya semakin percaya bahwa mencontek itu bad, bad behavior (tentu bukannya malah mendorong kita jadi semakin hati-hati kalo mencontek!).
Ya, acapkali manusia baru mau belajar setelah ia melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan. Sebelumnya, berbagai nasihat yang datang tidak pernah digubris. Barulah ketika kegagalan datang, biasanya orang mau percaya. Seorang kawan pernah meremehkan nasihat anak buahnya di perusahaan. Namun saat kegagalan demi kegagalan terjadi ia pun tersadar kalau selama ini ia telah salah langkah. Sayang, semuanya terlambat perusahaannya gagal diselamatkan. Ia pun bangkrut.
* * * * *
Di Jepang, pernah terjadi sebuah tragedi yang tak pernah terlupakan. Bukan saja bagi rakyat Jepang, tapi juga bagi rakyat dunia.
Ceritanya, di sebuah teluk dengan kota kecil bernama Minamata beroperasilah sebuah perusahaan dengan nama Nippon Nitrogen Fertilizer, 1908, cikal bakal Chisso Co Ltd dengan produksi utama pupuk urea. Sama seperti industri lain yang berkembang saat itu, Chisso langsung membuang limbahnya ke alam, ke Teluk Minamata.
Tahun 1956 kecurigaan mulai muncul setelah direktur RS Chisso melaporkan ke Pusat Kesehatan Masyarakat Minamata atas masuknya gelombang pasien dengan gejala sama: kerusakan sistem saraf.
Sayang apa yang kemudian disebut penyakit minamata ini amat lambat penanganannya. Meski para peneliti dari Universitas Kumamoto, 1963, sudah menyebutkan penyebabnya adalah senyawa metil merkuri yang ditemukan pada kerang di teluk itu, dan pada lumpur limbah Chisso, tak ada tindakan berarti. Tak heran bila tahun 1965 gejala meluas pada penduduk di Prefektur Niigata, tetangga Minamata.
Singkat kata, berjatuhanlah korban akibat pembuangan sembarangan limbah beracun. Pada level yang ringan ditemukan orang-orang dengan mulut kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering sakit kepala.
Pada level berikutnya, mereka yang terserang sistem sarafnya, termasuk otak, tidak bisa mengendalikan gerakan-gerakan tangan dan kakinya, telinga berdenging sampai tuli, daya pandang mata menyempit, bicara susah, dan gerakan tubuh secara keseluruhan jadi sulit. Sebagian lagi pingsan, gila, atau mati dalam sebulan setelah serangan penyakit ini.
Yang mengerikan, banyak bayi-bayi yang dilahirkan dengan cacat bawaan. Rupanya ibu mereka saat mengandung banyak mengkonsumsi hasil laut Teluk Minamata sehingga janinnya ikut terpapar metil merkuri.
Akibat perbuatan tidak bertanggung jawab itu Chisso dituntut kompensasi. Perusahaan itu harus mengeluarkan biaya sekitar 18 juta yen untuk membiayai pengobatan, perawatan, dan berbagai upaya penyembuhan seperti mandi di sumber air panas, tusuk jarum, pijat, maupun konsultasi psikologi.
Chisso juga harus menyediakan dana abadi yang bunganya digunakan untuk membeli pempers, perawat yang membantu di rumah, biaya transportasi pulang pergi ke rumah sakit, dan biaya penguburan kalau korban meninggal.
Hingga tahun 1997, korban yang sudah mendapatkan sertifikat santunan dari Chisso mencapai 10.353 orang. Selain itu, 2,262 orang mendapat sertifikat dari pemerintah dan 1.240 telah meninggal. Suatu jumlah yang cukup besar, mengingat jumlah penduduk kawasan Minamata tak sampai 100.000 jiwa waktu itu.
Nah, setuju kan kalau kita bilang belajar dari kesalahan orang lain adalah sangat berarti?
* * * * *
Itulah mengapa di dalam Al Qur’an, Allah SWT. selain menceritakan kepahlawanan para nabi dan rasul serta orang-orang beriman, Dia juga menuturkan kisah orang-orang dan kaum pembangkang. Kaum kafir, musyrik, munafik, orang-orang fasik dan dzalim. Sebut saja, nama-nama seperti Fir’aun dan Abu Lahab yang terang-terangan namanya Allah sebut dalam kitab suci kita. Allah juga menyebut nama kaum ‘Ad dan Tsamud sebagai kaum pembangkang. Semuanya bukan golongan selamat, tapi? yang mendapatkan azab Allah SWT.
Salah satunya bisa kita simak dalam surat An Nazi’at dalam Juz ‘Amma:
Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa?
Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;
“Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,
dan katakanlah (kepada Fir’aun): ‘Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?’”
Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mu’jizat yang besar.
Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai.
Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.
(Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.
Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
(An Nazi’at [79]:15-26)
Dalam surat Al Baqarah Allah SWT. bercerita pada kita tentang perilaku dan kejelekan kaum munafik, dari ayat ayat 7 sampai 20 [bayangkan 14 ayat!]. Total menyebutkan bahwa pada bagian awal surat Al Baqarah Allah menurunkan 4 ayat tentang kaum mukmin, 2 ayat mengenai orang kafir, dan 13 ayat tentang orang munafik (Shofwah Al-Bayan Li Ma’ani Al-Qur’an Al-Karim). Tidak lain, tujuan Allah mengisahkan tiga golongan manusia itu adalah sebagai pelajaran bagi kita agar memilih yang terbaik dalam kehidupan [yakni menjadi orang beriman dan menjauhi sifat-sifat tercela].
Rasululullah saw. pun sering bercerita kepada para sahabat [juga pada kita] mengenai sifat-sifat tercela (akhlaq al-madzmumah). Lagi-lagi, tujuannya agar kaum muslimin bisa menjaga diri dari berbagai sifat-sifat tersebut.
Maka, saat teman kita bercerita ihwal kesedihan hatinya, soal kesalahannya, soal kelalaiannya, simaklah dengan baik. Bukan mustahil suatu saat kelak kita pun menghadapi masalah yang sama. Ya, siapa tahu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar